RIFAN FINANCINDO - Jelang Rapat Rutin, the Fed Diperkirakan Tahan Kebijakan
- PT Rifan Financindo Berjangka Solo
- Apr 26, 2021
- 2 min read

RIFAN FINANCINDO - Bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) diperkirakan tidak akan merubah kebijakannya karena pemulihan ekonomi AS masih terus berjalan sesuai ekspektasi.
Federal Open Market Committee (FOMC) akan melakukan pertemuan dua hari mulai Selasa (27/4/2021). Meskipun ada kekhawatiran akan kenaikan inflasi, para analis memperkirakan para pejabat the Fed tidak akan menaikkan suku bunga atau memperketat kebijakan moneter.
"Tidak ada yang mengantisipasi perubahan kebijakan besar dalam hal suku bunga atau pembelian aset the Fed," Andrew Hunter, ekonom senior AS Capital Economics, mengatakan kepada AFP, Minggu (25/4/2021).
Pejabat the Fed sudah jelas menyatakan pihaknya tidak khawatir dengan inflasi yang bersifat temporer sehingga bereaksi terlalu cepat dan mengerem langkah-langkah stimulus.
Dalam beberapa pekan terakhir, Pemerintah AS melaporkan bahwa program vaksinasi Covid-19 telah berhasil membuat orang-orang yang diberhentikan kembali bekerja, sekaligus mengakhiri penderitaan dunia usaha yang terpukul oleh lockdown yang dimaksudkan untuk menghentikan penularan.
Data Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) menunjukkan klaim pengangguran mencapai titik terendah sejak pandemi dimulai. Sementara itu, Kementerian Tenaga Kerja AS mencatat penambahan 916.000 pekerjaan pada Maret, sehingga mendorong tingkat pengangguran sedikit turun.
Penjualan ritel melonjak pada Maret ke level 27,7% lebih tinggi dari tingkat pra-pandemi tahun sebelumnya. Sedangkan indeks jasa Institute for Supply Management (ISM) mencapai titik tertinggi sepanjang masa bulan lalu dan penjualan rumah baru mencapai titik tertinggi dalam 15 tahun.
Namun bahkan dengan tanda-tanda perekrutan telah meningkat, lebih dari 17 juta orang tetap menganggur. Ketua the Fed Jerome Powell telah memperingatkan ekonomi tidak akan mencapai "lapangan kerja maksimum" tahun ini.
"Saya berharap The Fed akan tetap bersabar, meskipun data AS bergerak ke arah pertumbuhan yang lebih kuat dan perolehan pekerjaan yang lebih cepat," kata Wakil Ketua Evercore ISI Krishna Guha.
Lebih dari Sekadar Penyelamatan
The Fed bergerak cepat ketika pandemi Covid-19 dimulai di AS pada Maret tahun lalu. Bank sentral tersebut memangkas suku bunga pinjaman acuan menjadi nol dan meningkatkan pembelian aset untuk menyuntikkan likuiditas ke dalam perekonomian.
Langkah-langkah tersebut, bersama dengan triliunan dolar dalam pengeluaran stimulus yang disetujui oleh Kongres, menjaga ekonomi terbesar dunia itu dari keterpurukan yang lebih buruk.
Tetapi janji bank sentral untuk mempertahankan suku bunga rendah lebih lama telah memicu kekhawatiran the Fed akan inflasi lepas kendali.
Namun, Powell dan pembuat kebijakan lainnya telah menegaskan bahwa sementara mereka memperkirakan inflasi akan melonjak seiring membaiknya perekonomian tahun ini. Pihaknya tidak mengharapkan inflasi tersebut berlangsung lama.
The Fed berencana menunda memperketat kebijakan sampai inflasi melewati 2,0% dan tetap di level tersebut untuk waktu yang tidak ditentukan. The Fed memperkirakan tingkat inflasi ini tidak akan terjadi hingga setelah 2023.
Haluan kebijakan ini adalah pergeseran dari pendekatan The Fed sebelumnya, yaitu menaikkan suku bunga sebelum inflasi terlihat. Perubahan kebijakan the Fed muncul setelah satu dekade inflasi tetap berada di bawah target 2,0%.
Kenaikan inflasi sudah mulai terlihat, dengan indeks harga konsumen (CPI) naik 0,6% pada Maret yang adalah kenaikan bulanan terbesar sejak 2012. Akibatnya, CPI 2,6% lebih tinggi dari tahun lalu.
Sumber : beritasatu
Comments